Selasa, 10 Maret 2015

Tempat Wisata CANDI di Indonesia !

Candi Borobudur ^^

Candi Prambanan :)

Ratu Boko

Selasa, 03 Maret 2015

ASAL MULA GUNUNG KEMBANG

            Di sebuah kerajaan hiduplah dua orang putri yang cantik jelita. Kedua putri itu bernama Putri Darah Putih dan Putri Darah Merah. Mereka hidup bersama Ayah mereka, mereka hidup dengan rukun tidak pernah ada masalah. Hidup mereka tidak sama dengan keluarga lainnya yang selalu ada masalah. Mereka telah menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
Ketika mereka Putri Darah Putih dan Putri Darah Merah sudah dewasa, tanpa diduga Ayah mereka meninggal dunia, karena dibunuh oleh penjajah. Mereka sangat sedih. Karena menurut mereka, dengan meninggalnya ayah mereka, tidak akan ada lagi orang yang mendampingi mereka seperti saat Ayah mereka masih ada. Dengan rasa sedih itu ayah mereka dikuburkan. Rupanya sebelum Ayah mereka meninggaldunia, Ayah mereka berpesan, kalau ia telah meninggal dunia nanti, maka Putri Darah Putih akan memimpin kerajaan untuk menggantikan posisinya.
Mendengar hal itu, Putri Darah Merah menjadi tidak senang, dengan rasa tidak senang itu Putri Darah Merah berniat mengambil alih kekuasaan Putri Darah Putih. Ia menyusun rencana dan akhirnya timbulah niat jahat dihatinya, yaitu memebunuh Putri Darah Putih yang berstatus sebagai saudara sendiri. Ia berencana untuk membunuh Putri Darah Putih pada bulan purnama, karena itu waktu yang sangat tepat baginya.
Dengan penuh kesabaran, Putri Darah Merah menanti saat bulan purnama tiba. Akhirnya bulan yang ditunggunya datang juga yang bertepatan pada malam jum`at kliwon. Lalu Putri Darah Merah mengajak Putri Darah Putih kesuatu tempat yaitu tapat di tengah-tengah hutan belantara. Putri Darah Putih tidak menyadari rencana jahat Putri Darah Merah padanya.
Setibanya pada tempat yang dituju, Lalu Putri darah Merah langsung menyerang Putri Darah Putih. Tanpa berfikir panjang Putri Darah Putih langsung membalas serangannya. Akhirnya terjadilah perkelahian yang tiada henti-hentinya, sehingga sampai hari ke-90 barulah perkelahian itu berhenti. Putri Darah Merah kalah dan meninggal dunia, dan di kuburkan di samping kuburan Ayahnya.
Setelah Putri Darah Merah meninggal dunia, Putri Darah Putihpun tinggal sendirian dikerajaan. Ia memimpin kerajaan tanpa didampingi orang-orang yang disayanginya. Dari bulan kebulan ia hidup sendirian dan tidak pernah keluar dari kerajaan seperti biasanya. Iapun merasa bosan di kerajaan, lalu Putri Darah Putih pergi keluar kerajaan dengan maksud ingin melihat suasana di luar kerajaan. Ia keliling-keliling kerajaan dan ia merasa senang karena bisa menghirup udara segar di luar kerajaan lagi. Tanpa disengaja ia bertemu dengan seorang pemuda dan mereka saling berkenalan. Nama pemuda itu adalah Bujang Kurap. Ia sangat buruk rupa, karena banyak terdapat kurap ditubuhnya. Bujang kurap itu hidup sebatang kara sama halnya dengan Putri Darah Putih yang hidup sendirian di kerajaan.
Putri Darah Putih sangat senang pada Bujang Kurap, karena menurut Putri Darah Putih, Bujang Kurap mempunyai sifat yang baik dan rendah hati. Mereka berdua berteman dengan baik, setelah sekian lama berteman, tumbuhlah rasa cinta dihati keduanya sampai akhirnya mereka menikah. Mereka sangat gembira, dengan menjalani hubungan suami istri yang harmonis, penuh kasih sayang, dan tidak pernah ada masalah. Setiap hari mereka menciptakan kebahagiaan dalam keluarga.
Sekian lama mereka menikah namun belum juga dikaruniai anak, mereka selalu bersabar. Pada suatu hari Bujang Kurap minta izin pada istrinya untuk berkelana, tidak banyak pikir istrinyapun memberi izin kepadanya. Ketika mendengar istrinya memberi izin, ia langsung mengemas pakaian dan segera pergi berkelana sehingga istrinya ( Putri Darah Putih ) hidup sendirian lagi dikerajaan dan ia memimpin kerajaan tanpa didampingi sang suami. Setelah sekian lama Bujang Kurap berkelana, akhirnya Ujang Kurap pulang juga kekerajaan. Sesampainya di kerajaan, Bujang Kurap sangat terkejut, karna ia tidak melihat istrinya. Ia mencari istrinya disekitar kerajaan, tapi ia tidak juga bertemu dengan istrinya, sehingga ia bertanya pada warga sekitar kerajaan. Tapi wargapun balik bertanya,
“Apakah kamu tidak mengetahui keberadaan istrimu?”.
“Tidak, karna sudah lama saya tidak ada dirumah, sebab saya ada urusan diluar, tapi sebenanya ada apa dengan semua ini?” jawab Bujang Kurap
Setelah mendengar semua perkataan Bujang Kurap, warga menceritakan semuanya, sebenarnya berat bagi kami untuk menceritakan semua ini padamu ( Bujang Kurap semakin penasaran ), tapi karna kamu adalah suaminya, kami akan menceritakan semuanya padamu, sebenarnya istrimu sudah lama meninggal dunia, karena dibunuh oleh orang misterius ditengah-tengah hutan rimba, tempat istrimu dan Putri Darah Merah berkalahi dulu. Istrimu dikuburkan didekat kuburan Ayah dan saudaranya. Setelah mendengar semua itu Bujang Kurap mengucapkan terima kasih pada warga, dengan wajah sedih bercampur api kemarahan ia meninggalkan rumah warga untuk mencari kuburan istrinya dengan membawa sebuah pedang dan keris. Berkeliling mencari kuburan tersebut, dan akhirnya ia menemukan kuburan yang dimaksud.
Sesampainya disana Bujang Kurap merasa kesal, karena ia tidak melihat istrinya sewaktu meninggal dunia, karena rasa kesalnya itu akhirnya ditancapkannyalah pedang dan keris yang di bawanya tadi. Sambil mengucap sumpah yang berbunyi :
“Siapa yang mengambil pedang dan keris ini, maka ia akan menjadi gila“.
Setelah mengucapkan sumpah, iapun pergi meninggalkan kuburan istrinya. Beberapa menit setelah Bujang Kurap pergi, tiba-tiba ada seekor harimau menghampiri pedang dan keris tadi, sehingga lama kelamaan harimau itu menjadi penunggu pedang dan keris tersebut.
Semenjak istrinya meninggal dunia, iapun hidup sendirian lagi. Seperti sedia kala dan memimpin kerajaan tanpa didampingi istrinya. Dari hari kehari, minggu keminggu, bulan kebulan, bahkan dari tahun ketahun ia harus iklas hidup sendirian tanpa didampingi seorang istri, karena orang yang telah pergi jauh tidak akan pernah kembali lagi.
Bujang Kurap sudah lama merasa kesepian dan kerinduannya yang selalu ia simpan, sampai-sampai ia meninggal dunia. Ia maninggal dunia karena dibunuh oleh orang misterius. Kisah pembunuhan Bujang Kurap juga sama dengan kisah pembunuhan yang menimpa istrinya. Bujang Kurap dibunuh dengan tidak tahu apa penyebabnya. Iapun dikuburkan disebelah kuburan istrinya . Yang mana semua keluarga kerajaan tanpa terkecuali dikuburkan di satu tempat..
Tidak lama kemudian setelah Bujang Kurap meninggal dunia, tidak tahu mengapa kuburan istrinya semakin hari semakin membesar dan tinggi persis seperti gunung, dan tumbuh banyak kembang disekitarnya, dan yang paling tidak disangka ada bendera yang tidak bertiang diatasnya, setelah warga melihat hal itu, wargapun sepakat untuk mamberi nama kuburan Putri Darah Putih yang serupa dengan sebuah gunung, yaitu Gunung Kembang. Sejak saat itu sampai sekarang gunung tersebut di anggap keramat bagi masyarakat Sarolangun.
Dengan semua kejadian itu, diciptakan sebuah lagu yang menceritakan semua kejadian tentang Gunung Kembang. Lagu tersebut berjudul Sarolangun. Salah satu baitnya berbunyi :
Apo kato si Gunung Kembang
Bendera putih idaklah batiang
Babunyi jugo bedil palinggam tuan
Patando bahayo nak akan datang

Si Balang Penunggu Gunung Kembang

Pada zaman penjajahan, tepatnya sekitar tahun 1930-an di Kebupaten Sarolangun atau lebih tepatnya di daerah Tanjung Rambai sekarang hiduplah seorang nenek yang sudah sangat tua. Nenek itu ditemani oleh seorang cucunya si Balang yang tampan, berakhlak baik dan juga sangat sayang kepadanya. Ditempat tinggal mereka terdapatlah sebuah gunung yang dikelilingi bukit-bukit. si Balang selalu bingung melihat neneknya yang setiap hari jum`at selalu membersihkan rumput yang ada disekitar gunung itu.namun ia sempat berfikir bahwa itu hanya rutinitas neneknya saja dan berusaha menghilangkan pikiran bingung itu dari benaknya. Akan tetapi, suatu hari neneknya tiba-tiba sangat marah padanya dikarenakan si Balang lupa mengingatkan neneknya untuk pergi kegunung dan membersihkan rumput disana pada hari jum`at yang lalu. Neneknya tidak pernah semarah ini pada si Balang sehingga membuat si Balang bingung lagi dan berfikir betapa pentingnya membersihkan Gunung itu.
Pada suatu hari diberanikan dirinya untuk bertanya tentang kebingungan yang selama ini mengganjal dibenaknya.
“Nek, Balang ingin bertanya pada nenek,” kata si Balang saat neneknya sedang duduk di serambi rumah untuk menghirup udara segar pagi itu sambil ditemani sepiring singkong rebus.
“ya, cu. Kamu bertanya apa?”tanya neneknya sambil mengunyah singkong rebus.
“Nek, seberapa penting kebersihan gunung itu bagi nenek?”tanya Balang.
“Kenapa kamu bertanya seperti itu? bukankah kamu senang melihat gunung itu bersih? coba kamu lihat kesana, udara yang kita hirup dari sana begitu sejuknya.Tapi kalau gunung itu tidak terurus, apakah kamu bisa menjamin udara akan sesegar ini?.” jelas neneknya dengan serius.
“Tapi, kenapa nenek mesti membersihkannya setiap hari jum`at”? kenapa tidak pada hari yang lain?dan kenapa nenek marah ketika aku lupa mengingatkan nenek untuk membersihkan gunung itu jum`at lalu?bukankah nenek bisa membersihkannya hari sabtu, ya kan nek?” kata Balang mengeluarkan kebingungan yang selama ini membendung di hatinya.
“Cu, kamu tersinggung juga ya saat nenek memarahimu? cu, nenek sudah terbiasa melakukan itu. Jadi sewaktu nenek lupa, nenek merasa ada yang lain pada nenek dan kenapa nenek membersihkannya hari jum`at? itu karena hari jum`at lah nenek punya waktu banyak, selain itu nenek harus ke kebun, ya kan?” jelas nenek.
Si Balang pun mengangguk mengerti. Perlahan demi perlahan si Balang pun melupakan hal itu.
“Sebenarnya, nenek memang menyimpan sebuah rahasia besar dari kamu, balang. Kamu memang cerdas , bisa menganalisa keanehan yang nenek lakukan. Tapi karena usia mu yang masih muda terpaksa nenek rahasiakan hal ini dari kamu. Besok jika tiba saatnya nenek akan memberitahukan semuanya kepadamu” guman nenek didalam hati saat si Balang pergi memandang gunung dan bukit sekitar rumahnya.
Lama-lama, hari terus berlalu si Balang tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang tampan, cerdas dan baik. Sedangkan nenek tambah tua dan tidak bisa lagi berjalan.
Suatu hari dipanggilah si Balang dengan wajah sangat serius. “Cucuku, kemarilah dan duduk disini.” Panggil nenek kepada Balang untuk duduk disisi depan tempat tidurnya,
“Ya, nek. Ada apa nenek memanggilku dengan wajah yang sangat serius?” Tanya balang.
“Begini Cu. Nenek kan sudah sangat tua dan kamu pun sudah semakin dewasa. Nenek rasa sekarang adalah saat yang tepat untuk menceritakan kepadamu tentang sebuah rahasia yang sangat besar” kata nenek memulai percakapan.
“Rahasia besar apa yang nenek sembunyikan dari balang” tanya si Balang serius.
“Cu, berjanjilah kamu akan menjaga tempat ini setelah nenek tiada . Ditempat ini nenek banyak pengikut yang menjaga rumah, gunung bukit dan pohon beringin yang ada disekitar rumah kita ini. Cu, ketahuilah pengikut nenek tidak bisa kamu lihat kecuali atas izin nenek. Itulah mengapa nenek membersihkan gunung itu setiap hari jum’at, karena gunung itu suci, belum pernah terjama oleh manusia manapun yang sengaja ingin mencarinya. Hari jum’at adalah hari ibadah, oleh karena itu nenek membersihkan gunung itu setiap hari jum’at supaya gunung itu tambah suci.”
Kata nenek sambil terbatuk-batuk.
“Nek, jika pengikut nenek bertugas menjaga bukit, gunung dan pohon beringin, apakah itu berarti bukit, gunung dan pohon beringin mempunyai petuah sehingga harus dijaga.” tanya si Balang.
“Ya Cu, disekitar gunung terdapat sungai yang disebut sungai istana, disekitarnya juga terdapat Bedil Talinggam, taman yang indah. Cobalah nanti kamu memanjat pohon beringin itu, kamu akan melihat betapa indahnya gunung itu karena dikelilingi bunga. Bunga yang cantik dan gunung itu lah yang harus kamu jaga karena nanti gunung itu akan menjadi ciri khas tempat ini.” kata nenek mengakhiri ceritanya.
“Ya Nek, Balang menjaga amanat nenek. “
Pada malam hari, nenek memanggil semua pengikutnya dari tempat-tempat tidurnya dan berkata.
“Wahai pengikutku, tempat ini akan aku berikan kepada cucuku yang nanti akan menjadi tuanmu. Ingat jika ada orang yang berani mengganggunya maka bunuh saja orang itu.” Kata nenek itu.
Hari berlalu, minggu berganti. Nenek merasa usianya sudah tidak lama lagi. Lalu dipanggilnya balang cucu tersayangnya.
“Cu, nenek nenek merasa usia nenek sudah tidak lama lagi.
Oleh karena itu rawatlah tempat ini karena patuahnya besar dan jika ada yang bertanya tentang gunung itu, maka berkatalah bahwa kamu adalah si Balang penjaga gunung kembang sehingga orang akan percaya bahwa gunung itu memeng ada. Nenekpun menghembus napas terakhirnya dihadapan cucunya, si Balang.
Begitulah , konon tempat itu aman dari penjajahan dan dalam waktu yang tidak begitu lama, tempat itu di penuhi oleh Tranmigran.
Adapun Bedil Talinggam, selalu akan berbunyi jika di tempat itu bahkan Kabupaten Sarolangun dalam keadaan berbahaya, dan anehnya penduduk sekitar itu tidak mendengar ledakan Bedil Talinggam kecuali tempat yang sedang dalam keadaan bahaya.
Sedangkan Bendera putih akan melayang keatas untuk memberitahukan kepada Tentara Indonesia yang berjaga di udara untuk memberitahukan bahwa daerah Sarolangun dalam keadaan goncang dan berbahaya.
Itulah ciri khas dari kota Sarolangun sekarang, daerah Gunung Kembang yang menjadi pusat pemerintahan Sarolangun, Bendera Putih Idak Batiang dan Bedil Talinggam yang diduga sampai sekarang masih ada.