Pada
zaman penjajahan, tepatnya sekitar tahun 1930-an di Kebupaten
Sarolangun atau lebih tepatnya di daerah Tanjung Rambai sekarang
hiduplah seorang nenek yang sudah sangat tua. Nenek itu ditemani oleh
seorang cucunya si Balang yang tampan, berakhlak baik dan juga sangat
sayang kepadanya. Ditempat tinggal mereka terdapatlah sebuah gunung yang
dikelilingi bukit-bukit. si Balang selalu bingung melihat neneknya yang
setiap hari jum`at selalu membersihkan rumput yang ada disekitar gunung
itu.namun ia sempat berfikir
bahwa itu hanya rutinitas neneknya saja dan berusaha menghilangkan
pikiran bingung itu dari benaknya. Akan tetapi, suatu hari neneknya
tiba-tiba sangat marah padanya dikarenakan si Balang lupa mengingatkan
neneknya untuk pergi kegunung dan membersihkan rumput disana pada hari
jum`at yang lalu. Neneknya tidak pernah semarah ini pada si Balang
sehingga membuat si Balang bingung lagi dan berfikir betapa pentingnya
membersihkan Gunung itu.
Pada suatu hari diberanikan dirinya untuk bertanya tentang kebingungan yang selama ini mengganjal dibenaknya.
“Nek,
Balang ingin bertanya pada nenek,” kata si Balang saat neneknya sedang
duduk di serambi rumah untuk menghirup udara segar pagi itu sambil
ditemani sepiring singkong rebus.
“ya, cu. Kamu bertanya apa?”tanya neneknya sambil mengunyah singkong rebus.
“Nek, seberapa penting kebersihan gunung itu bagi nenek?”tanya Balang.
“Kenapa
kamu bertanya seperti itu? bukankah kamu senang melihat gunung itu
bersih? coba kamu lihat kesana, udara yang kita hirup dari sana begitu sejuknya.Tapi kalau gunung itu tidak terurus, apakah kamu bisa menjamin udara akan sesegar ini?.” jelas neneknya dengan serius.
“Tapi,
kenapa nenek mesti membersihkannya setiap hari jum`at”? kenapa tidak
pada hari yang lain?dan kenapa nenek marah ketika aku lupa mengingatkan
nenek untuk membersihkan gunung itu jum`at lalu?bukankah nenek bisa
membersihkannya hari sabtu, ya kan nek?” kata Balang mengeluarkan
kebingungan yang selama ini membendung di hatinya.
“Cu,
kamu tersinggung juga ya saat nenek memarahimu? cu, nenek sudah
terbiasa melakukan itu. Jadi sewaktu nenek lupa, nenek merasa ada yang
lain pada nenek dan kenapa nenek membersihkannya hari jum`at? itu karena
hari jum`at lah nenek punya waktu banyak, selain itu nenek harus ke
kebun, ya kan?” jelas nenek.
Si Balang pun mengangguk mengerti. Perlahan demi perlahan si Balang pun melupakan hal itu.
“Sebenarnya,
nenek memang menyimpan sebuah rahasia besar dari kamu, balang. Kamu
memang cerdas , bisa menganalisa keanehan yang nenek lakukan. Tapi
karena usia mu yang masih muda terpaksa nenek rahasiakan hal ini dari
kamu. Besok jika tiba saatnya nenek akan memberitahukan semuanya
kepadamu” guman nenek didalam hati saat si Balang pergi memandang gunung
dan bukit sekitar rumahnya.
Lama-lama,
hari terus berlalu si Balang tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang
tampan, cerdas dan baik. Sedangkan nenek tambah tua dan tidak bisa lagi
berjalan.
Suatu
hari dipanggilah si Balang dengan wajah sangat serius. “Cucuku,
kemarilah dan duduk disini.” Panggil nenek kepada Balang untuk duduk
disisi depan tempat tidurnya,
“Ya, nek. Ada apa nenek memanggilku dengan wajah yang sangat serius?” Tanya balang.
“Begini
Cu. Nenek kan sudah sangat tua dan kamu pun sudah semakin dewasa. Nenek
rasa sekarang adalah saat yang tepat untuk menceritakan kepadamu
tentang sebuah rahasia yang sangat besar” kata nenek memulai percakapan.
“Rahasia besar apa yang nenek sembunyikan dari balang” tanya si Balang serius.
“Cu,
berjanjilah kamu akan menjaga tempat ini setelah nenek tiada . Ditempat
ini nenek banyak pengikut yang menjaga rumah, gunung bukit dan pohon
beringin yang ada disekitar rumah kita ini. Cu, ketahuilah pengikut
nenek tidak bisa kamu lihat kecuali atas izin nenek. Itulah mengapa
nenek membersihkan gunung itu setiap hari jum’at, karena gunung itu
suci, belum pernah terjama oleh manusia manapun yang sengaja ingin
mencarinya. Hari jum’at adalah hari ibadah, oleh karena itu nenek
membersihkan gunung itu setiap hari jum’at supaya gunung itu tambah
suci.”
Kata nenek sambil terbatuk-batuk.
“Nek,
jika pengikut nenek bertugas menjaga bukit, gunung dan pohon beringin,
apakah itu berarti bukit, gunung dan pohon beringin mempunyai petuah
sehingga harus dijaga.” tanya si Balang.
“Ya
Cu, disekitar gunung terdapat sungai yang disebut sungai istana,
disekitarnya juga terdapat Bedil Talinggam, taman yang indah. Cobalah
nanti kamu memanjat pohon beringin itu, kamu akan melihat betapa
indahnya gunung itu karena dikelilingi bunga. Bunga yang cantik dan
gunung itu lah yang harus kamu jaga karena nanti gunung itu akan menjadi
ciri khas tempat ini.” kata nenek mengakhiri ceritanya.
“Ya Nek, Balang menjaga amanat nenek. “
Pada malam hari, nenek memanggil semua pengikutnya dari tempat-tempat tidurnya dan berkata.
“Wahai pengikutku, tempat ini akan aku berikan kepada cucuku yang nanti akan menjadi tuanmu. Ingat jika ada orang yang berani mengganggunya maka bunuh saja orang itu.” Kata nenek itu.
Hari berlalu, minggu berganti. Nenek merasa usianya sudah tidak lama lagi. Lalu dipanggilnya balang cucu tersayangnya.
“Cu, nenek nenek merasa usia nenek sudah tidak lama lagi.
Oleh
karena itu rawatlah tempat ini karena patuahnya besar dan jika ada yang
bertanya tentang gunung itu, maka berkatalah bahwa kamu adalah si
Balang penjaga gunung kembang sehingga orang akan percaya bahwa gunung
itu memeng ada. Nenekpun menghembus napas terakhirnya dihadapan cucunya,
si Balang.
Begitulah , konon tempat itu aman dari penjajahan dan dalam waktu yang tidak begitu lama, tempat itu di penuhi oleh Tranmigran.
Adapun
Bedil Talinggam, selalu akan berbunyi jika di tempat itu bahkan
Kabupaten Sarolangun dalam keadaan berbahaya, dan anehnya penduduk
sekitar itu tidak mendengar ledakan Bedil Talinggam kecuali tempat yang
sedang dalam keadaan bahaya.
Sedangkan
Bendera putih akan melayang keatas untuk memberitahukan kepada Tentara
Indonesia yang berjaga di udara untuk memberitahukan bahwa daerah
Sarolangun dalam keadaan goncang dan berbahaya.
Itulah
ciri khas dari kota Sarolangun sekarang, daerah Gunung Kembang yang
menjadi pusat pemerintahan Sarolangun, Bendera Putih Idak Batiang dan
Bedil Talinggam yang diduga sampai sekarang masih ada.
0 komentar:
Posting Komentar