Di
sebuah kerajaan hiduplah dua orang putri yang cantik jelita. Kedua
putri itu bernama Putri Darah Putih dan Putri Darah Merah. Mereka hidup
bersama Ayah mereka, mereka hidup dengan rukun tidak pernah ada masalah.
Hidup mereka tidak sama dengan keluarga lainnya yang selalu ada
masalah. Mereka telah menciptakan keharmonisan dalam keluarga.
Ketika
mereka Putri Darah Putih dan Putri Darah Merah sudah dewasa, tanpa
diduga Ayah mereka meninggal dunia, karena dibunuh oleh penjajah. Mereka
sangat sedih. Karena menurut mereka, dengan meninggalnya ayah mereka,
tidak akan ada lagi orang yang mendampingi mereka seperti saat Ayah
mereka masih ada. Dengan rasa sedih itu ayah mereka dikuburkan. Rupanya
sebelum Ayah mereka meninggaldunia, Ayah mereka berpesan, kalau ia telah
meninggal dunia nanti, maka Putri Darah Putih akan memimpin kerajaan
untuk menggantikan posisinya.
Mendengar hal itu, Putri Darah Merah menjadi tidak senang, dengan rasa tidak senang itu
Putri Darah Merah berniat mengambil alih kekuasaan Putri Darah Putih.
Ia menyusun rencana dan akhirnya timbulah niat jahat dihatinya, yaitu
memebunuh Putri Darah Putih yang berstatus sebagai saudara sendiri. Ia
berencana untuk membunuh Putri Darah Putih pada bulan purnama, karena
itu waktu yang sangat tepat baginya.
Dengan
penuh kesabaran, Putri Darah Merah menanti saat bulan purnama tiba.
Akhirnya bulan yang ditunggunya datang juga yang bertepatan pada malam
jum`at kliwon. Lalu Putri Darah Merah mengajak Putri Darah Putih kesuatu
tempat yaitu tapat di tengah-tengah hutan belantara. Putri Darah Putih
tidak menyadari rencana jahat Putri Darah Merah padanya.
Setibanya
pada tempat yang dituju, Lalu Putri darah Merah langsung menyerang
Putri Darah Putih. Tanpa berfikir panjang Putri Darah Putih langsung
membalas serangannya. Akhirnya terjadilah perkelahian yang tiada
henti-hentinya, sehingga sampai hari ke-90 barulah perkelahian itu
berhenti. Putri Darah Merah kalah dan meninggal dunia, dan di kuburkan
di samping kuburan Ayahnya.
Setelah
Putri Darah Merah meninggal dunia, Putri Darah Putihpun tinggal
sendirian dikerajaan. Ia memimpin kerajaan tanpa didampingi orang-orang
yang disayanginya. Dari bulan kebulan ia hidup sendirian dan tidak
pernah keluar dari kerajaan seperti biasanya. Iapun merasa bosan di
kerajaan, lalu Putri Darah Putih pergi keluar kerajaan dengan maksud
ingin melihat suasana di luar kerajaan. Ia keliling-keliling kerajaan
dan ia merasa senang karena bisa menghirup udara segar di luar kerajaan
lagi. Tanpa disengaja ia bertemu dengan seorang pemuda dan mereka saling
berkenalan. Nama pemuda itu adalah Bujang Kurap. Ia sangat buruk rupa,
karena banyak terdapat kurap ditubuhnya. Bujang kurap itu hidup sebatang
kara sama halnya dengan Putri Darah Putih yang hidup sendirian di
kerajaan.
Putri
Darah Putih sangat senang pada Bujang Kurap, karena menurut Putri Darah
Putih, Bujang Kurap mempunyai sifat yang baik dan rendah hati. Mereka
berdua berteman dengan baik, setelah sekian lama berteman, tumbuhlah
rasa cinta dihati keduanya sampai akhirnya mereka menikah. Mereka sangat
gembira, dengan menjalani hubungan suami istri yang harmonis, penuh
kasih sayang, dan tidak pernah ada masalah. Setiap hari mereka
menciptakan kebahagiaan dalam keluarga.
Sekian
lama mereka menikah namun belum juga dikaruniai anak, mereka selalu
bersabar. Pada suatu hari Bujang Kurap minta izin pada istrinya untuk
berkelana, tidak banyak pikir istrinyapun memberi izin kepadanya. Ketika
mendengar istrinya memberi izin, ia langsung mengemas pakaian dan
segera pergi berkelana sehingga istrinya ( Putri Darah Putih ) hidup
sendirian lagi dikerajaan dan ia memimpin kerajaan tanpa didampingi sang
suami. Setelah sekian lama Bujang Kurap berkelana, akhirnya Ujang Kurap
pulang juga kekerajaan. Sesampainya di kerajaan, Bujang Kurap sangat
terkejut, karna ia tidak melihat istrinya. Ia mencari istrinya disekitar
kerajaan, tapi ia tidak juga bertemu dengan istrinya, sehingga ia
bertanya pada warga sekitar kerajaan. Tapi wargapun balik bertanya,
“Apakah kamu tidak mengetahui keberadaan istrimu?”.
“Tidak,
karna sudah lama saya tidak ada dirumah, sebab saya ada urusan diluar,
tapi sebenanya ada apa dengan semua ini?” jawab Bujang Kurap
Setelah
mendengar semua perkataan Bujang Kurap, warga menceritakan semuanya,
sebenarnya berat bagi kami untuk menceritakan semua ini padamu ( Bujang
Kurap semakin penasaran ), tapi karna kamu adalah suaminya, kami akan
menceritakan semuanya padamu, sebenarnya istrimu sudah lama meninggal
dunia, karena dibunuh oleh orang misterius ditengah-tengah hutan rimba,
tempat istrimu dan Putri Darah Merah berkalahi dulu. Istrimu dikuburkan
didekat kuburan Ayah dan saudaranya. Setelah mendengar semua itu Bujang
Kurap mengucapkan terima kasih pada warga, dengan wajah sedih bercampur
api kemarahan ia meninggalkan rumah warga untuk mencari kuburan istrinya
dengan membawa sebuah pedang dan keris. Berkeliling mencari kuburan
tersebut, dan akhirnya ia menemukan kuburan yang dimaksud.
Sesampainya
disana Bujang Kurap merasa kesal, karena ia tidak melihat istrinya
sewaktu meninggal dunia, karena rasa kesalnya itu akhirnya
ditancapkannyalah pedang dan keris yang di bawanya tadi. Sambil mengucap
sumpah yang berbunyi :
“Siapa yang mengambil pedang dan keris ini, maka ia akan menjadi gila“.
Setelah
mengucapkan sumpah, iapun pergi meninggalkan kuburan istrinya. Beberapa
menit setelah Bujang Kurap pergi, tiba-tiba ada seekor harimau
menghampiri pedang dan keris tadi, sehingga lama kelamaan harimau itu
menjadi penunggu pedang dan keris tersebut.
Semenjak
istrinya meninggal dunia, iapun hidup sendirian lagi. Seperti sedia
kala dan memimpin kerajaan tanpa didampingi istrinya. Dari hari kehari,
minggu keminggu, bulan kebulan, bahkan dari tahun ketahun ia harus iklas
hidup sendirian tanpa didampingi seorang istri, karena orang yang telah
pergi jauh tidak akan pernah kembali lagi.
Bujang
Kurap sudah lama merasa kesepian dan kerinduannya yang selalu ia
simpan, sampai-sampai ia meninggal dunia. Ia maninggal dunia karena
dibunuh oleh orang misterius. Kisah pembunuhan Bujang Kurap juga sama
dengan kisah pembunuhan yang menimpa istrinya. Bujang Kurap dibunuh
dengan tidak tahu apa penyebabnya. Iapun dikuburkan disebelah kuburan istrinya . Yang mana semua keluarga kerajaan tanpa terkecuali dikuburkan di satu tempat..
Tidak
lama kemudian setelah Bujang Kurap meninggal dunia, tidak tahu mengapa
kuburan istrinya semakin hari semakin membesar dan tinggi persis seperti
gunung, dan tumbuh banyak kembang disekitarnya, dan yang paling tidak
disangka ada bendera yang tidak bertiang diatasnya, setelah warga
melihat hal itu, wargapun sepakat untuk mamberi nama kuburan Putri Darah
Putih yang serupa dengan sebuah gunung, yaitu Gunung Kembang. Sejak saat itu sampai sekarang gunung tersebut di anggap keramat bagi masyarakat Sarolangun.
Dengan
semua kejadian itu, diciptakan sebuah lagu yang menceritakan semua
kejadian tentang Gunung Kembang. Lagu tersebut berjudul Sarolangun. Salah satu baitnya berbunyi :
Apo kato si Gunung Kembang
Bendera putih idaklah batiang
Babunyi jugo bedil palinggam tuan
Patando bahayo nak akan datang
0 komentar:
Posting Komentar